Detik-detik Terakhir Gus Dur

gus dur sakit
Gus Dur Titipkan Pesan Terakhir Soal Fundamentalisme
Rabu, 30 Desember 2009 21:52 WIB

Jakarta (ANTARA News) – Menjelang akhir-akhir hidupnya, kepedulian mantan Presiden RI Abdurrahman Wahid semasa hidupnya terhadap persoalan toleransi dan kerukunan umat beragama, tetaplah besar sehingga menitipkan pesan pada tokoh Katolik untuk memperlakukan kaum fundamentalis secara lebih bijak.

Hal itu disampaikan Romo Benny Susetyo, di Jakarta, Rabu malam, merujuk pada pertemuan antara Ketua Dewan Kepausan untuk Dialog antar Agama Vatikan Kardinal Jean Louis Tauran dengan KH. Abdurrahman Wahid pada November 2009.

“Saat itu Gus Dur berpesan agar kaum fundamentalis jangan dijauhi tetapi harus dicintai,” katanya mengutip salah satu pesan Gus Dur.

Menurut Romo Benny, Gus Dur adalah tokoh besar bagi bangsa Indonesia. Ia sangat memperhatikan isu-isu pluralisme dan mementingkan arti dari kejujuran. Selama hidupnya, Gus Dur dikenal sebagai sosok yang sangat mendedikasikan jiwa dan raganya untuk bangsa Indonesia.

“Menurut saya, hidup Gus Dur semata-mata untuk bangsa dan negara. Beliau meninggalkan kepentingan pribadinya untuk bangsa, orang yang mencintai bangsa dan menyediakan waktu untuk bangsa,” kata Romo Benny yang merupakan teman dekat dari almarhum Gus Dur.

Gus Dur juga dikenal sebagai sosok yang hangat dan tidak pernah lepas dari guyonan-guyonan yang menyegarkan. Guyonan itulah menjadi ciri khas Gus Dur yang selalu diingat.

Lebih lanjut Romo Benny mengatakan, meski didera sakit, Gus Dur masih sempat mengucapkan Selamat Natal padanya melalui telepon pada 25 Desember 2009.

“Pada 25 Desember, beliau menghubungi saya untuk mengucapkan Selamat Natal. Saat itu Gus Dur sempat mengeluh karena sakit gigi, tapi tetap saja Gus Dur bilang masih sehat,” katanya.

Dalam perbincangan tersebut, Romo Benny mengaku menerima pesan dari Gus Dur yaitu untuk menjaga Shinta Nuriyah Wahid, istri Gus Dur.

“Beliau bilang titip ibu (Shinta Nuriyah Wahid),” katanya.

Mantan Presiden Abdurrahman Wahid meninggal dunia pada usia 69 tahun karena sakit di RSCM Jakarta, Rabu pukul 18.40 WIB.

Abdurrahman Wahid menjabat Presiden RI keempat mulai 20 Oktober 1999 hingga 24 Juli 2001. Putra pertama dari enam bersaudara itu lahir di Desa Denanyar, Jombang, Jawa Timur, pada 4 Agustus 1940.

Ayah Gus Dur adalah seorang pendiri organisasi besar Nahdlatul Ulama, KH Wahid Hasyim dan Ibunya bernama Hj Sholehah adalah putri pendiri Pesantren Denanyar Jombang, KH Bisri Syamsuri.

Gus Dur menikah dengan Shinta Nuriyah dan dikaruniai empat putri yaitu Alissa Qotrunnada Munawaroh, Zannuba Arifah Chafsoh (Yenni), Annita Hayatunnufus, dan Inayah Wulandari.(*)

COPYRIGHT © 2009

Comments
3 Responses to “Detik-detik Terakhir Gus Dur”
  1. Saya ingin meluruskan saja bahwa pendiri organisasi Nahdlatul Ulama adalah kakek Gus Dur KH Hasyim Asy`ari, adapun ayahnya adalah salah satu The Founding Fathers’ philosophy di Indonesia yang dikenal panitia sembilan yang merumuskan “Jakarta Charter”. Sila pertama dari “Jakarta Charter” yang kini dikenal Panca Sila semula berbunyi Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariah Islam bagi pemeluk-pemeluknya. Sila pertama ini ternyata memicu reaksi keras para pendeta kristiani dari Indonesia Timur. Mereka mengancam akan memisahkan diri dari negara kesatuan Republik Indonesia jika sila I berbunyi seperti itu. Ayah Gus Dur KH Wahid Hasyim yang mendapatkan ancaman seperti itu merespon dengan arif dan mengsulkan agar bunyi sila pertama menjadi Ketuhanan Yang Maha Esa. Alhamdulilah sila pertama yang diusulkan ayah Gus Dur diterima semua pihak pada 18 Agustus 1945, sehingga para pendeta kristiani tersebut mau bergabung dengan NKRI. Kepedulian Gus Dur terhadap kaum minoritas ini rupanya diturunkan dari ayahandanya yang menteri agama I Republik Indonesia. Di kalangan pemeluk kristiani beliau dikenal satu-satunya orang yang mengajarkan bahwa Tuhan itu satu, tak ada istilah Tuhan orang Islam, Tuhan orang Nasrani, Tuhan orang Hindu, Tuhan orang Buda, Tuhan orang Kong Fu tsu. Yang ada Tuhan kita semua hanya satu, adapun yang berbeda cara menyembahnya. Sehubungan dengan hal tersebut Tuhan memilih Rasul atau utusan dengan kitab-kitab sucinya untuk mengajarkan kepada manusia bagaimana cara menyembah Tuhan yang benar. Cara menyembah masing-masing Rasul itu memang berbeda tetapi tujuannya satu yaitu menyembah Tuhan Yang menciptakan kita semua, yang menghidupkan dan mematikan kita, yang merajai pada Hari Pembalasan. Pesan saya buat Romo Benny alangkah baiknya jika Romo Benny beserta pemeluk kristiani mengikuti jejak Gus Dur yaitu memilih Islam sampai akhir hayatnya betapapun beliau sangat toleran dengan kaum kristiani. Logis bukan jika kita menyembah Tuhan sebagaimana dideskripsikan oleh Rasul atau Utusan Tuhan yang terakhir, bukan oleh utusan-utusan Tuhan sebelumnya? Ya, karena kita hidup di jaman sekarang. Saya yakin seyakin-yakinnya Gus Dur sampai akhir hayatnya muslim, doa kami semoga husnul khotimah, diampuni semua dosanya, dan diterima semua amal ibadahnya. Amien yaa rabbal `aalamiin.

  2. anima2010 berkata:

    Gusdur itu antek Yahudi Israel dan Amerika (tidak percaya, silahkan baca profil semasa hidupnya)…. menurut saya dia (Gusdur Laknatullah Alaih) bukanlah seorang muslim…

    @ Siti Rahmah : Tuhan Itu Ahad, Hanya ALLAH SWT.. tiada tuhan Selain ALLAH, maka sudah jelas tidak ada Istilah “Berbeda Cara Menyembahnya” karena Semua telah di contohkan oleh Rosulullah…

  3. junaid al akbar berkata:

    Gus dur paaasti khusnul khotimah, 100%.Bagaimanapun orang mencela beliau beliau tetap hadapi dengan santai dan senyum, karena beliau tahu sedangkan mereka orang2 yang tidak tahu.Beliau adalah kholifatan nas dan bukan cuma kholifatal muslim.

Tinggalkan komentar